Games Gadget Dan Teknologi

Temukan Review Gadget, Tips Game, dan Tren Teknologi Terkini di Godam Games

Godam

Wow, Petani Ciamis Hasilkan 10 Ton Padi Organik per Hektar Pakai Pupuk Buatan Sendiri

Kelompok Petani (Poktan) Parikesit yang berada di Dusun Kubangpari, Desa Bangunsari, Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis, berhasil menghasilkan panenan padi organik hingga 10 ton per hektar.

“Melalui bantuan beragam teknologi serta kerja keras para anggota kelompok tani, kita mampu menghasilkan panenan padi organik mencapai 10 ton setiap hektarnya,” jelas Sohidin, salah satu pengawas dari Kelompok Tani Parikesit, seusai acara panen bersama pada hari Senin, tanggal 28 Mei 2025.

Lahan sawah yang mencapai kira-kira 225 hektar di Dusun Kubangsari telah lama menjadi salah satu dari dua pusat penghasil beras organik di Kabupaten Ciamis. Pusat kedua terletak di Kecamatan Cihaurbeuti dan memiliki area seluas 12 hektar.

Berdasarkan informasi dari Kabid Tanaman Pangan Dinas Pertanian Kabupaten Ciamis, Lia Hamidah, sebagian besar lahan pertanian di Dusun Kubangpari telah beralih ke penggunaan pupuk non konvensional yakni pupuk organik.

Dari total luas lahan sebesar 225 hektare tersebut, kurang lebih 24 hektare telah disertifikasi sebagai area produksi beras organik dan semua ini diurus oleh Poktan Parikesit. Menurut Lia, sertifikasi merupakan salah satu persyaratan agar beras organik dapat diedarkan ke pasaran.

Selebihnya, meskipun belum tersertifikasi tetapi sudah banyak yang menggunakannya tidak hanya untuk dikonsumsi sendiri saja, tapi juga masih dapat dijual kembali secara perorangan di pasaran.

Sohidin menyatakan bahwa sebelum menerapkan teknik menanam padi menggunakan pupuk organik buatan mereka sendiri, para petani hanya dapat menuai sekitar 6-7 ton per hektare dengan menggunakan pupuk kimia.

“Saya memulai upaya menggunakan pupuk organik sejak tahun 2006. Untungnya, sumber dayanya sangat berlimpah, termasuk kotoran sapi dan hewan ternak lainnya,” jelas Sohidin.

Lia menyampaikan hal serupa. Dia menambahkan, “Produksi hasil tanam menggunakan pupuk organik sebenarnya lebih tinggi dibandingkan dengan pupuk konvensional. Selisihnya bisa mencapai tiga ton setiap hektar.”

Dengan dukungan dari Dinas Pertanian Kabupaten Tasikmalaya dan informasi yang diperoleh dari sumber online, para anggota Poktan Parikesit pun membuat pupuk organik mereka sendiri, termasuk dengan menerapkan metode fermentasi. Menurut Sohidin, hasil panennya kini telah naik menjadi antara 9 hingga 10 ton setiap hektar.

Pemasaran juga menerima dukungan dari Dinas Pertanian Kabupaten Ciamis. Saat ini, menurut Sohidin, mereka telah dapat melaksanakan pemasaran dengan independen baik untuk permintaan dalam negeri maupun di luar wilayah setempat, termasuk untuk kota-kota besar seperti Bandung, Jakarta, dan bahkan sampai ke Riau.

Keadaannya menjadi lebih baik setelah Poktan Parikesit menarik perhatian Bank Indonesia (BI) Tasikmalaya dan dijadikan sebagai kluster binaan pada tahun 2022.

Bantuan yang diberikan oleh BI sangat lentur dan disesuaikan dengan keperluan para petani, mencakup konstruksi ataupun peralatan seperti misalnya membangun Rumah MOL (Mikro Organisme Lokal), menyediakan unit giling untuk mengolah bahan mentah menjadi pupuk, mesin pemutih gabah, serta mesin penepung beras. Selain itu, BI juga menawarkan pelatihan dalam hal manajemen bisnis beserta dukungan teknis pada proses budidaya, jelas Sohidin.

Melalui partisipasi BI Tasikmalaya, keberlanjutan pasar menjadi semakin terjamin. Tidak hanya itu, organisasi Poktan Parikesit saat ini dapat membeli padi organik dari anggota mereka dengan jaminan harga yang lebih tinggi sebesar Rp 2.000 dibandingkan dengan harga pasar biasa.

“Peningkatan target untuk luas lahan pertanian organik juga semakin meningkat. Pada tahun ini kita berencana mengubah 5-10 hektar ladang konvensional menjadi area pertanian organik,” tambah Sohidin.

LEAVE A RESPONSE

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *