Apakah Anda masih bersemangat setelah Surabaya Medic Air Run 2025 minggu lalu? Congratulasi kepada mereka yang telah menuntaskan balapan tersebut. Tetapi, banyak peserta mungkin sekarang merasakan kelelahan, sakit, atau bahkan cidera usai perlombaan. Meskipun hal itu normal, penting juga untuk memahami tipe-tipe cidera serta mencari pengobatan yang sesuai pada saat yang tepat.
Profesor DR. dr. Dwikora Novembri Utomo, SpOT(K), seorang dokter spesialis ortopedi di Rumah Sakit Mayapada Surabaya, menyebutkan beberapa jenis cedera yang bisa terjadi pada para pelari pasca-marathon. Cedera tersebut meliputi luka pada bagian paha sebagai hasil dari aktivitas otot hamstring yang sangat intensif, cedera pada area lutut dikarenakan adanya benturan, dan juga cederanya bagian bawah kaki yakni betis akibat kontraksi otot yang berlebihan. Tambahan lagi, cedera seperti robek ligamen atau biasa dikenal dengan istilah ‘sprain’ mungkin akan timbul jika pergerakan persendian telah mencapai batasan maksimalnya. Lalu ada juga kondisi lain yaitu straining atau penarikan berlebih pada otot maupun tandon, bahkan dalam kasus tertentu, patah tulang sampai dislokasi sendi pun dapat terjadi.
Selanjutnya, apa langkah tepat dalam mengatasi cedera itu serta kapan perlu berkonsultasi dengan dokter? Menurut Dr. Reyner Valiant Tumbelaka, M.Ked.Klin, Sp.OT, seorang spesialis ortopedi di Rumah Sakit Mayapada Surabaya, tindakan pertama bisa diterapkan melalui metode PRICE, yang sangat cocok untuk masalah cedera ringan.
“Pengobatan dini biasanya dapat dijalankan menggunakan teknik PRICE yang berguna bagi cedera ringan dan harus segera ditindaklanjuti sesaat setelah kejadian serta dilanjutkan dalam kurun waktu 24 sampai 36 jam pertama,” katanya.
Metode PRICE mencakup Perlindungan yang dilakukan dengan balutan semacam bandage atau pengaman lainnya. Diikuti oleh Istirahat dari kegiatan berat sehingga tubuh bisa kembali segar dan siap digunakan. Penggunaan Es juga penting, yakni dengan menempelkan kompres es pakai lap lembut pada daerah terluka selama 15-20 menit tiap 2 sampai 3 jam sekali. Kompresi diperoleh dengan pemberian perban fleksibel guna mereduksi pembengkakan. Terakhir Elevasi yaitu posisi di mana anggota badan cidera diposisikan lebih tinggi daripada jantung demi mencegah adanya pembengkakan berlebih.
Akan tetapi, apabila cedera bertambah buruk dengan tanda-tanda seperti pembengkakan dan rasa sakit yang kuat, timbul benjolan atau perubahannya struktur, sendi mengeluarkan suara saat dipindahkan, tidak dapat melakukan aktivitas normal, hilangnya keseimbangan, kesulitan bernapas, atau demam, sebaiknya berkonsultasilah langsung kepada dokter untuk mendapatkan pengobatan lebih lanjut. Pengobatan ini bisa termasuk metode non-bedah ataupun bedah, bergantung pada sifat dari cedera tersebut.
Dr. Petrasama, Sp.OT (K), dokter spesialis ortopedi konsultan untuk cedera olahraga di Rumah Sakit Mayapada Tangerang, menyatakan bahwa pengobatan non-bedah mencakup penyediaan obat anti rasa sakit dan pembengkakan.
“Lalu, menurunkan aktivitas fisik (imobilisasi) menggunakan perban elastis lembut dan pelindung ringan sebagai dukungan luar. Fisioterapi dan rehabilitasinya bisa mencakup pijat olahraga, stimulasi listrik transkutan, ultrasonografi, terapi gelombang kejut (shockwave), pengobatan dengan laser, serta latihan mobilitas persendian dan memperkuat otot,” jelasnya.
Pada saat yang sama, ada beberapa jenis cedera yang membutuhkan prosedur bedah agar dapat sembuh sepenuhnya; satu contohnya adalah arthroskopi. Dr. Sapto Adji Hardjosworo, Sp.OT (K), dokter spesialis ortopedi konsultan untuk cedera olahraga di Rumah Sakit Mayapada Jakarta Selatan, mengatakan bahwa arthroskopi dikerjakan menggunakan metode minimally invasive atau kurang invasif sehingga bisa digunakan baik sebagai alat diagnosa maupun terapi langsung pada bagian dalam persendian. Metode ini membantu mereduksi tingkat rasa sakit serta mengecilkan potensi infeksi dan waktu pemulihannya menjadi lebih singkat.
“Prosedur ini dijalankan sesuai dengan hasil penilaian serta diagnosa dari pemeriksaan menyeluruh,” jelas dr. Sapto.
Untuk para pelari yang baru saja menyelesaikan Surabaya Medic Air Run 2025, Mayapada Hospital Surabaya menyediakan dukungan untuk tahapan penyembuhan melalui paket Medical Check Up (MCU) khusus pelari, tes VO2 Max, serta Elektrokardiogram (EKG).
Rumah Sakit Mayapada juga menawarkan Sports Injury Treatment and Performance Center (SITPEC), yaitu pusat perawatan cedera olahraga bertaraf internasional yang meliputi pencegahan cedera, skrining, meningkatkan kinerja, pengobatan cidera, sampai dengan proses penyembuhan. Pusat layanan ini dilengkapi oleh sekelompok dokter multidisiplin dan fasilitas komprehensif seperti ruang latihan kebugaran, alat ukur kapasitas oksigen maksimal (VO2 Max), serta analisis komposisi tubuh.
Mengatur janji temu dengan dokter di SITPEC Mayapada Hospital bisa diselesaikan kapan saja dan di manapun menggunakan aplikasi MyCare. Aplikasi ini memudahkan dalam penjadwalan kunjungan medis, berkonsultasi dengan dokter, serta mendapatkan akses cepat ke layanan gawat darurat.
Aplikasi ini dilengkapi pula dengan bagian Artikel & Tip Kesehatan yang menyajikan saran dan data tentang aktivitas berlari. Selain itu ada juga fitur Kesehatan Pribadi, yang dikaitkan dengan Health Access dan Google Fit, guna melacak jumlah langkah per hari, energi yang dibakar, denyut nadi, sampai Indeks Massa Tubuh (IMT).
Unduh aplikasi MyCare dari Google Play Store atau App Store saat ini dan nikmati hadiah poin diskon khusus untuk pelanggan baru yang ingin melakukan beragam jenis pemeriksaan di semua fasilitas kami.
Mayapada Hospital
.