Minyak Stabil Pasca Jatuh Gara-gara Moody's Turunkan Peringkat Utang AS

Minyak Stabil Pasca Jatuh Gara-gara Moody’s Turunkan Peringkat Utang AS


,

JAKARTA –
Harga minyak
Global bergerak stabil di awal minggu setelah mengalami penurunan, terdorong oleh keputusan Moody’s Ratings yang menurunkan peringkat hutang pemerintahan Amerika Serikat.

Tahapan ini meningkatkan ketakutan mengenaiperlambatan perekonomian dunia serta volatilitas di dalam pasar finansial.

Melansir

Reuters,

Pada Senin (19/5/2025), harga minyak mentah jenis Brent anjlok sekitar 1,1% di bawah kisaran US$65 per barel tetapi kemudian berhasil rebound. Di sisi lain, varietas WTI bergerak menuju angka US$62.

Sekarang ini, lembaga penilai kredibilitas Moody’s sebenarnya telah menurunkan peringkat kredit Amerika Serikat dari AAA menjadi AA1 dan memiliki prospek negatif akibat ketidakpastian mengenai beban hutang pemerintah federal yang semakin meningkat hingga mencapai angka $36 triliun.

Tindakan ini dapat mencegah impian Presiden Donald Trump mereduksi pajak serta berpotensi mengacaukan kestabilan di pasaran dunia.

“Pemerintah dan Kongres Amerika Serikat secara beruntun belum mampu mencapai keputusan untuk mengubah arus defisit fiskal tahunan yang signifikan serta beban bunga yang semakin membengkak,” ungkap Moody’s.

Penurunan peringkat yang dilakukan Moody’s, institusi terkahir di antara ‘tiga besar’ yang melakukan hal ini, dapat memperparah ketakutan investor tentang pasar surat utang pemerintah Amerika Serikat serta situasi ekonomi dalam negeri.

Dari sudut pandang geopolitika, Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa dia akan melakukan telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin serta Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy pada hari Senin ini.

Pembahasan itu ditujukan untuk mengakhiri konflik berperang. Apabila suatu perdamaian berhasil dicapai, ini bisa memulihkan aliran ekspor minyak milik Rusia, negara eksportir minyak terbesar urutan tiga di planet bumi.

Harga minyak naik dalam dua minggu terakhir, didorong oleh ketidaktentuan perundingan nuklir antara Amerika Serikat dan Iran bersama dengan serangan Israel ke daerah Houthi di Yemen.

Meskipun demikian, jika dilihat secara keseluruhan, harganya telah turun lebih dari 10% sejak awal tahun. Penurunan tersebut disebabkan oleh ketakutan bahwa perang perdagangan yang dihasut Trump dapat membatasi permintaan dunia, sedangkan OPEC+ sudah mulai meningkatkan produksinya saat pasar diprediksikan akan berada dalam surplus mendekati akhir tahun.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *